--> Skip to main content

Wah... Ternyata Enak Jadi Orang Yang Kejam

Sebuah artikel dari atmosferku.com yang berjudul Wah... Ternyata Enak Jadi Orang Yang Kejam semoga bermanfaat, sehingga menyadarkan kita bahwa sifat negatif bisa dirubah manfaatnya untuk menumbuhkan sifat yang positif.


Ternyata Enak Jadi Orang Yang Kejam
Ternyata Enak Jadi Orang Kejam                 Photo Oleh Yogi Permana

Pernah sahabat atmo membayangkan jadi orang kejam? akh pasti tidak ada yang mau menjadi orang yang punya pribadi kejam yaa. Karena anggapan selama ini orang kejam mempunyai banyak musuh, dan dijauhi orang-orang baik. Selain itu, hidupnya pun penuh dengan tekanan, siap-siap dapat ancaman dari orang-orang yang pernah diperlakukan secara kejam. Jelas saja orang-orang secara sadar akan mengatakan tidak mau menjadi orang kejam, meskipun secara tidak sadar dirinya sudah berlaku kejam dengan segala tindakannya. Lebih bahaya tuh, soalnya diri sendiri tidak menyadarinya. Nah, ternyata enak jadi orang yang kejam. Loh ko bisa? terus saja baca ya..

Coba simak ilustrasi berikut ini 

3 orang backpacker yang sedang mencari keindahan alam tersesat di sebuah hutan belantara. JPS satu-satunya yang mereka bawa telah rusak akibat terjatuh. Mereka pun tetap terus berjalan, sampai akhirnya mereka bertemu dengan suku pedalaman. Ketiga backpacker ditangkap oleh suku pedalaman. Kepala suku memerintahkan ketiganya mencari buah, jika tidak mendapatkan, mereka akan dibunuh.

Sekitar satu jam, ketiganya kembali dengan membawa buah-buahan yang mereka dapatkan. Ternyata ancaman belum usai, kepala suku memerintahkan mereka memasukkan buah yang mereka dapatkan ke dalam mulut masing-masing secara bulat-bulat kemudian dihabiskan. Jika sampai mengeluarka suara, kepala mereka akan dipenggal. Dipanggilah Backpacker 1.

Kepala suku: "Bagus, kamu berhasil membawa 5 buah jeruk. Sekarang makanlah bulat-bulat dan habiskan. Jika bersuara atau tidak habis, kepala kamu akan saya penggal".

Backpacker 1 pun berusaha memasukkan jeruk ke mulutnya dengan susah payah. Jeruh pertama bisa dimasukan kemudian dihabiskan. Nah, saat jeruk kedua dimasukan, mulutnya berdarah, dia pun merintih. Tanpa ampunan, kepala suku memenggal kepalanya. Dan naiklah dia kesyurga.

BACA JUGA :
Backpacker 2 dipanggil, sambil membawa buah 15 kelengkeng. Dengan jumawa, dia berpikir akan selamat. Karena hanya memasukan dan memakan 15 buah kelengkeng, mudah sekali pikirnya. Kemudian dia pun mulai memasukan kelengkeng satu-persatu. Ketika kelengkeng ke 14 dimasukan, dia tetap dipenggal oleh kepala suku. Naiklah dia kesyurga dan bertemu Backpacker 1.

Backpacker 1 : "Kenapa kamu dipenggal juga? bukankah buah yang kamu dapatkan itu kecil-kecil dan mudah untuk dimasukan ke mulut?"

Backpacker 2 : "Betul banget, tetapi saat buah yang ke 14 saya masukan, saya tersedak karena tertawa dan keluar semua buah kelengkeng yang saya makan". 

Backpacker 1 : "Weh.. terlalu banget kamu malah ketawa?"

Backpacker 2 : "Lah, habsnya saya lihat Backpacker 3 bawa Durian sebanyak 5 buah sih.."

Backpacker 1 : "Huhahahahahahha......."

Ada-ada saja memang, tetapi dari cerita di atas kita bisa melihat bahwa kepala suku sangatlah kejam. Memberi ampunan dengan syarat yang menyakitkan, padahal intinya tetap mereka tidak akan selamat. Bagi saya hal tersebut sangatlah kejam, memberi ampunan dengan syarat yang diluar batas kemampuan, ya sama saja tidak memberikan ampunan. Sungguh kejam.....

Kejam, kejam, dan kejam. Terbesit pikiran. Bisakah perilaku kejam membuahkan kebaikan? tidak melulu menjadi bully-an kata! bukankah setiap keburukan akan ada nilai manfaat yang mengikuti? bukankah manfaat itu merupakan kebaikan juga? Pasti ada perilaku kejam yang membuahkan hasil berupa kebaikan, itu pasti ada. 

Melihat cerita singkat tentang Backpacker di atas, ada kalimat Naik ke syurga. Tapi, Naik ke syurga akibat kekejaman orang lain. Hmm... Jika kita putar perilaku kejam untuk diri sendiri mungkin bisa menjadi nilai kebaikan? semakin bingung, maksudnya gimana? malah bikin bingung pembaca saja.. hehehe..
Begini maksudnya, jika perilaku kejam yang kita semua miliki diperuntukkan untuk diri kita sendiri sepertinya malah akan lebih bermanfaat. Dan kita melakukan kekejaman, pertama untuk diri kita sendiri, selanjutnya sebarkan kekejaman pada khalayak. Nah, sebentar-sebentar, maksudnya melakukan kekejaman untuk diri sendiri itu gimana? dan seperti apa bentuknya?

Menurut obrolan saya dengan seorang ustadz, bahwa manusia (kita) merupakan hewan yang diberi akal. Makanya jika kita tidak menggunakan akal untuk maksud yang punya nilai baik atau dalam bahasa yang jelas tidak digunakan untuk memahami ilmu Allah dengan taqwa, itu sama saja hewan. Hewan hanya mengikuti nafsunya saja, lapar ya makan meskipun banyak hewan yang lain kelaparan disekitarnya, akan dimakannya sendiri. Jika nafsu syahwat meningkat, dicarilah hewan betina, kemudian dikawininya, sudah selesai. Serta disebuah ekosistem, hukum rimba menjadi aturannya, dimana yang kuat dia yang menang. Dan sepertinya sekarang manusia pun mengalami demikian. Iya atau sangat membenarkan iya?

Nah, jika kita semua sudah menyadarinya bahwa selama ini akal hanya digunakan untuk men-judge apa yang tidak sesuai dengan nafsu kita. Padahal, kita kan sebaik-baik ciptaanNya, masa ya kita sama dengan hewan yang jelas di bawah kasta kita (manusia). Manusia itu boleh memelihara hewan tetapi bukan memelihara sifat-sifat hewan yang berhubungan dengan nafsu. Gunakan akal dalam perkara yang bermanfaat. Jaga donk elektabilitas kita sebagai manusia yang diciptakan perfect. 

Kembali keperilaku kejam, perilaku kejam identik dengan membunuh secara sadis, atau menyiksa. Sepeti perilaku hewan tuh, mengincar mangsa kemudian membunuh mangsanya dengan menyiksa, merobek-robek tubuh mangsanya sedikit demi sedikit. Bukan kah itu sangat kejam? belum lagi jika ditinggalkan begitu saja sampai membusuk. Hmm... kejam beudt (kata anak alay. hehehe..)

So, sebagai manusia dengan sebaik-baiknya ciptaanNya masa ya harus mengikuti kekejaman yang sama dengan hewan. Terus kemana akal kita yang seharusnya digunakan untuk manfaat? kemana? kemana? masa cuma buat nyari alamat doank, hehehe... atau akalnya dibuang jauh-jauh agar merasakan nikmat dunia? hayooo.. ketuaan, ekh ketahuan maksudnya. ^^
Marilah kita gunakan perilaku kejam pada diri sendiri kemudian sebarkan perilaku kejam kita pada yang lain. Perilaku kejam yang seperti apa? kita bunuh hawa nafsu kita yang membuat kita berperilaku seperti hewan, yang bakal mencoreng nama baik manusia dan menurunkan elektabilitas manusia di mata Allah. Mari kita siksa hawa nafsu kita secara sadis, agar tidak mampu berkembang dan menyebarkan virus-virus hewani. Dengan cara bagaimana? lakukanlah seruan untuk diri sendiri 
  • Merubah awalan aktifitas kita, dengan memulai niat yang baik.Hal ini dilakukan agar kita bisa menjalani aktifitas dengan baik, dan niat yang baik akan menjadi pengingat saat akan melakukan perilaku yang diluar batas.
  • Kita bunuh emosi kita dengan rasa sabar. Dan ingat ya, sabar itu tidak ada batasnya. Maka bersabarlah sampai datang kematian.Sabar akan membuat kita lebih tenang dalam menghadapi setiap permasalahan, serta membuat kita mampu berfikir dengan jernih tentang solusinya.
  • Bunuh sifat dendam maupun dengki dengan memberilah maaf pada siapa saja yang telah berbuat salah pada kita tanpa harus menunggu mereka meminta maaf. Karena orang terkadang tidak menyadari bahwa ucapan-ucapannya atau perilakunya terkadang menyakiti atau menyinggung. Dengan memberi maaf, berarti kita menyelamatkan orang lain dari jurang neraka. Wah... apa ga keren tuh? pahalanya berlipat deh.
  • Berbagilah pada yang lain, sebagai tanda bahwa sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang saling membantu dan membutuhkan. Selain itu dengan berbagi, kita juga terhindar dari perilaku yang gila harta dengan menimbun ataupun biasa disebut pelit. Ini menjadi salah satu sifat hewani, ketika mendapat mangsa akan dihabiskan sendiri.
  • Bunuh rasa irimu dengan selalu bersyukur. Dengan bersyukur akan membuat hdup kita terasa lebih nikmat, dari pada harus iri, tetangga beli ini itu langsung panas ingin beli yang lebih. Rasa iri dengan segala apa yang dimiliki orang lain harus benar-benar dihabisi, sebelum rasa iri menghabisi hati dan pikiran.
  • Keinginan untuk mendapatkan sesuatu di dunia pasti akan menghampiri manusia, jika tak mampu mengontrol keinginan maka dijamin perasaan buas akan menghinggapi kita. Bukan lagi menginginkan apa yang dibutuhkan, tapi lebih untuk bergaya, yang lebih parah ketika sudah mendapatkan, ya sudah. Tidak dibutuhkan lagi. So, bunuhlah keinginan, karena apa yang kita butuhkan bukanlah hanya sekedar keinginan semata.
  • Ketika mendapatkan masalah atau ujian, kita akan sangat mudah untuk menyalahkan orang lain, emosi berebihan, tergesa-gesa (gemrungsung). Maka bunuhlah perasaan itu dengan ikhlas, berusahalah untuk menerima ujian sebagai tanda kasih sayang Allah. Tanda Allah sedang memperhatikan kita, fokus pada hal positif dibalik ujian, atau sudahkah kita bercermin sehingga ujian itu terasa berat? 
  • Selalu ingin tampil perfect, selalu ingin menjadi yang pertama dengan jabatan yang paling tinggi, ingin menjadi yang pertama dengan menjadi juara. Padahal itu bisa menjadi bahaya, karena cenderung akan membuat kita merasa jumawa, bahkan bisa mendatangkan ujub. Akhirnya akan masuk kedalam hukum rimba, yang merasa hebat akan bertarung sampai menang, cara apapun dilakukan. Maka bunuhlah perilaku tersebut dengan rasa hanya menjadi yang kedua.
  • Ini yang sedang melanda negeri ini mengatas-namakan CINTA untuk menyalurkan nafsu syahwat, dampaknya membawa manusia ke lembah perzinaan. Sekarang sudah banyak terlihat dimana-mana dan dipertontonkan. Nafsu yang ada pada hewan, ketika nafsu menyelimutinya, carilah dia betina, dan kemudian menyalurkannya. Setelah itu ya udah, selesai, hanya sebatas pemuas. Apakah integritas manusia akan demikian? sangat ironis. So, bunuhlah nafsu syahwat dengan berpuasa, dan menghindari berkhalwat atau berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya.

  • Untuk menghindari pikiran-pikiran yang bisa membuat kita takabur setiap akhir dari aktivitas (menjelang tidur), maka revisilah diri kita. Dengan kita merevisi atau merenungi kesalahan yang dilakukan pada hari ini, maka diharapkan akan menjauhkan dari pikiran-pikiran negatif tentang kehebatan yang telah dilakukan hari ini.  
Sebenarnya masih banyak perasaan, perilaku, dan pikiran kejam yang harus kita terapkan pada diri sendiri, jadi untuk yang lain para sahabat atmo pasti sudah mampu memikirkannya dan harus melakukan kekejaman seperti apa. Yang pasti, bunuh lah naluri hewani kita, jika berat setidaknya bisa kita kontrol. Memang semua tidak mudah, butuh usaha lebih dan keyakinan kuat, namun saya percaya bahwa sahabat atmo mempunyai keyakinan kuat untuk menjadi yang bermanfaat.

Kekejaman pada diri sendiri sudah bisa kita lakukan, selanjutnya kita sebarkan pada orang lain. Agar orang lain pun mampu bersikap kejam pada dirinya sendiri. Jika semua orang sudah demikian, inshaaAllah. Segala bentuk kekejaman akan menjadi kebaikan, karena kekejaman tersebut hanya diri sendiri yang tau, sedangkan orang lain hanya cukup mengetahui manfaatnya saja.

Nah, jika sudah mampu menerapkannya mungkin kita akan berucap 'ternyata enak jadi orang yang kejam'. Inget ya, maksudnya orang yang kejam pada dirinya sendiri untuk membunuh sifat-sifat hewaniah yang bisa menutupi akal sehat kita.

Oleh Yogi Permana | IG: @permanaglobal  | Twitter: @permanaglobal

Demikianlah artikel dari atmosferku.com tentang Wah... Ternyata Enak Jadi Orang Yang Kejam. Jika Anda menyukai dan juga bermanfaat untuk yang lain informasi ini, mohon share dengan memberikan like, twit atau berkomentar di bawah ini sehingga bisa menjadi referensi bagi sahabat semua di jejaring sosial Anda. Terima kasih.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar