Sebuah Opini tentang Perempuan Bercadar, Itu Pilihan Mereka
Saya baru tau perempuan model ninja saat kuliah di Yogyakarta
BahteraIlmu.wordPress.com |
Atmosterku.com | Sebuah Opini tentang Perempuan Bercadar, Itu Pilihan Mereka - Memang sebuah doktrin lama yang sudah melekat dalam masyarakat, sesuatu yang baru akan sulit untuk diterapkan. Saya ingin berpendapat tentang mereka yang berhijab lebar dan benar-benar menutup aurat serta berniqab. Berada ditengah-tengah masyarakat yang mempunyai kultur biasa, agama biasa, budaya pun biasa. Dari dulu sama sekali tidak melihat adanya perempuan yang berhijab lebar dan benar-benar menutupi aurat apalagi berniqab (bercadar).
Entah udik atau kampungan atau terlalu hedonis, saya baru tau perempuan model ninja (dulu saya nyebutnya itu) ketika kuliah di Jogja. Awalnya saat berpapasan dengan perempuan bercadar saat mau membeli makan di warung. Pas mau berpapasan si perempuan berjalan agak menyamping jauh sekitar 2 meteran. Untung saja waktu itu tidak ada motor. Itu pertama kali saya tau ada perempuan bercadar.
Buat saya aneh, tapi berjalannya waktu. Diajak ikut beberapa kajian di masjid, melihat banyak banget yang memakai cadar. Pelan-pelan mulai membuka pemikiran lebih luas. Itu pilihan mereka (perempuan) masing-masing.
Jika dengan berhijab lebar bisa lebih taat, ya mereka berhijab lebar sudah tenang. Tapi ada yang memutuskan pula untuk bercadar untuk bisa lebih taat lagi. Itu juga pilihan mereka, sebagai sesama muslim bukankah semestinya kita mendukung sesama muslim untuk bisa lebih taat. Dan harusnya bersyukur dan bangga, mereka mau menjaga diri dari menonjolkan aurat.
Memang sekarang bukan sesuatu yang mudah untuk bertahan dengan pilihan mereka, menggunakan cadar. Diteriakin ninja, dibilang kearab-araban padahal ini kan Indonesia, dibilang teroris atau calon istri teroris apalagi, dibilang fanatik seringkali, dihakimi ikut aliran sesat.
Yang terbuka dipuja-puja, dielu-elukan. Bahkan sampai ada perbandingan, "lebih baik tak berhijab dari pada berhijab tapi perilakunya buruk". Geleng-geleng kepala, sebuah perbandingan yang tidak setara. Serta ada yang mengatakan, yang penting jilbabin hati dulu, hmm, emangnya ada toko yang jual jilbab hati. ^ ^
Yang terbuka dan membuntel aurat sampai seperti lemper, mereka bilang itu luar biasa. Penampilan yang spektakuler, lain dari pada yang lain. Entahlah... doktrin begitu sudah terlalu kuat.
Padahal dulu ya dulu, masyarakat itu risik melihat perempuan yang berbaju terbuka, apalagi pakai baju tapi seperti tak berbaju, masyarakat akan mengernyitkan dahinya dan bilang, "apa tidak malu dengan pakaian gitu". Tapi sekarang, sudah dianggap biasa, karena selalu dicekoki dengan budaya keterbukaan.
Jadi baik memang tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Akan diuji lebih dari yang dibayangkan. Dibilang istri atau calon teroris, ini terlalu sempit. Hanya karena sebuah doktrin dari barat yang memBlow up teroris dan istrinya yang demikian. Tetapi tidak pernah memBlow up yang benar-benar melebihi teroris dengan tampilan yang aduhai!
Apakah para koruptor tidak sebengis dari teroris, apa tidak sesadis para begal dan apa tidak seLebay anak-anak alay? Framing telah merubah paradigma masyarakat. Padahal koruptar lebih gila dari teroris.
Pernah sesekali merenung, kenapa ya mereka seperti terlalu salah sehingga harus dicaci, apa penampilannya perempuan bercadar terlalu merugikan hingga harus mendapatkan framing begitu, Apa ribuan mulut pembenci sengaja dibentuk agar mereka hancur.
Akh, itu hanya sebauh opini sesat saya saja. Dan pernah saya berpikir, setiap hari apa mereka tidak sesak nafas ya? pakai cadar terus, saya yang naik motor pakai masker rasanya tidak betah. Tenyata itu tidak membuat mereka merasa kesusahan bernafas, juga tak membuat jadi sulit beraktifitas, masih mampu melakukan segalanya dengan bebas tapi tahu batas. Ingat ya TAU BATAS!
Jalan menuju RidhoNya memang penuh liku bagi kalian. Tapi bercadar ini hanya sebagian kecil dari bukti sebuah ketaatan, baru hanya sebagai tanda penjagaan. Ketaatan masih panjang prosesnya, keteguhanmu untuk terus istiqomah, inilah yang berat, menjaga untuk terus ISTIQOMAH!
Jika ini jalan yang mereka pilih, mereka pun harus menempuhnya, dengan kesiapan segala cobaan yang akan dihadapi dengan segala resiko. Teruslah berlatih sabar, syukur dan ikhlas meski harus bersusah payah.
Banyak yang belum mengerti kenapa mereka memilih bercadar. Tapi setidaknya jika kau islam, tolong jangan mudah menghakimi atau malah memfitnah. Mari kita saling memahami, saling melihat dengan penuh kasih sayang. Semoga nanti Allah istiqomahkan kemudahan menutup Aurat dalam indahnya balutan hijab.
Bercadar bukan berarti lebih baik dan tak perlu juga memandang rendah orang lain. Karena hidayah itu dari Allah dan bisa diambil atau diberikan olehNya kapanpun. Mari saling menghargai, semoga kita bisa menggapai jalan yang Allah Ridhoi untuk negeri ini.
Dan semoga kita tidak lebih cepat menghakimi. Hanya karena penampilannya berbeda darimu. Pahami dulu syariat Agamamu, supaya kamu menjadi pencinta pada saudaramu. Bukan pencela untuk mematahkan semangat hijrah saudaramu
Entah udik atau kampungan atau terlalu hedonis, saya baru tau perempuan model ninja (dulu saya nyebutnya itu) ketika kuliah di Jogja. Awalnya saat berpapasan dengan perempuan bercadar saat mau membeli makan di warung. Pas mau berpapasan si perempuan berjalan agak menyamping jauh sekitar 2 meteran. Untung saja waktu itu tidak ada motor. Itu pertama kali saya tau ada perempuan bercadar.
Buat saya aneh, tapi berjalannya waktu. Diajak ikut beberapa kajian di masjid, melihat banyak banget yang memakai cadar. Pelan-pelan mulai membuka pemikiran lebih luas. Itu pilihan mereka (perempuan) masing-masing.
Jika dengan berhijab lebar bisa lebih taat, ya mereka berhijab lebar sudah tenang. Tapi ada yang memutuskan pula untuk bercadar untuk bisa lebih taat lagi. Itu juga pilihan mereka, sebagai sesama muslim bukankah semestinya kita mendukung sesama muslim untuk bisa lebih taat. Dan harusnya bersyukur dan bangga, mereka mau menjaga diri dari menonjolkan aurat.
Silahkan Baca
Memang sekarang bukan sesuatu yang mudah untuk bertahan dengan pilihan mereka, menggunakan cadar. Diteriakin ninja, dibilang kearab-araban padahal ini kan Indonesia, dibilang teroris atau calon istri teroris apalagi, dibilang fanatik seringkali, dihakimi ikut aliran sesat.
Yang terbuka dipuja-puja, dielu-elukan. Bahkan sampai ada perbandingan, "lebih baik tak berhijab dari pada berhijab tapi perilakunya buruk". Geleng-geleng kepala, sebuah perbandingan yang tidak setara. Serta ada yang mengatakan, yang penting jilbabin hati dulu, hmm, emangnya ada toko yang jual jilbab hati. ^ ^
Yang terbuka dan membuntel aurat sampai seperti lemper, mereka bilang itu luar biasa. Penampilan yang spektakuler, lain dari pada yang lain. Entahlah... doktrin begitu sudah terlalu kuat.
Padahal dulu ya dulu, masyarakat itu risik melihat perempuan yang berbaju terbuka, apalagi pakai baju tapi seperti tak berbaju, masyarakat akan mengernyitkan dahinya dan bilang, "apa tidak malu dengan pakaian gitu". Tapi sekarang, sudah dianggap biasa, karena selalu dicekoki dengan budaya keterbukaan.
Jadi baik memang tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Akan diuji lebih dari yang dibayangkan. Dibilang istri atau calon teroris, ini terlalu sempit. Hanya karena sebuah doktrin dari barat yang memBlow up teroris dan istrinya yang demikian. Tetapi tidak pernah memBlow up yang benar-benar melebihi teroris dengan tampilan yang aduhai!
Apakah para koruptor tidak sebengis dari teroris, apa tidak sesadis para begal dan apa tidak seLebay anak-anak alay? Framing telah merubah paradigma masyarakat. Padahal koruptar lebih gila dari teroris.
Pernah sesekali merenung, kenapa ya mereka seperti terlalu salah sehingga harus dicaci, apa penampilannya perempuan bercadar terlalu merugikan hingga harus mendapatkan framing begitu, Apa ribuan mulut pembenci sengaja dibentuk agar mereka hancur.
Akh, itu hanya sebauh opini sesat saya saja. Dan pernah saya berpikir, setiap hari apa mereka tidak sesak nafas ya? pakai cadar terus, saya yang naik motor pakai masker rasanya tidak betah. Tenyata itu tidak membuat mereka merasa kesusahan bernafas, juga tak membuat jadi sulit beraktifitas, masih mampu melakukan segalanya dengan bebas tapi tahu batas. Ingat ya TAU BATAS!
Jalan menuju RidhoNya memang penuh liku bagi kalian. Tapi bercadar ini hanya sebagian kecil dari bukti sebuah ketaatan, baru hanya sebagai tanda penjagaan. Ketaatan masih panjang prosesnya, keteguhanmu untuk terus istiqomah, inilah yang berat, menjaga untuk terus ISTIQOMAH!
Jika ini jalan yang mereka pilih, mereka pun harus menempuhnya, dengan kesiapan segala cobaan yang akan dihadapi dengan segala resiko. Teruslah berlatih sabar, syukur dan ikhlas meski harus bersusah payah.
Silahkan Baca
Banyak yang belum mengerti kenapa mereka memilih bercadar. Tapi setidaknya jika kau islam, tolong jangan mudah menghakimi atau malah memfitnah. Mari kita saling memahami, saling melihat dengan penuh kasih sayang. Semoga nanti Allah istiqomahkan kemudahan menutup Aurat dalam indahnya balutan hijab.
Bercadar bukan berarti lebih baik dan tak perlu juga memandang rendah orang lain. Karena hidayah itu dari Allah dan bisa diambil atau diberikan olehNya kapanpun. Mari saling menghargai, semoga kita bisa menggapai jalan yang Allah Ridhoi untuk negeri ini.
Dan semoga kita tidak lebih cepat menghakimi. Hanya karena penampilannya berbeda darimu. Pahami dulu syariat Agamamu, supaya kamu menjadi pencinta pada saudaramu. Bukan pencela untuk mematahkan semangat hijrah saudaramu
rewrite Post Nadhillah Gayvani
Terima kasih ya telah menyempatkan waktu untuk membaca Sebuah Opini tentang Perempuan Bercadar, Itu Pilihan Mereka.
Doa kami, Semoga rezeki berlimpah untuk sobat semua hari ini. Aamiin