--> Skip to main content

Berlogika Mengenai Hijab, Nikah, dan Poligami

Berlogika Mengenai Hijab, Nikah, dan Poligami
Ilustrasi
Berlogika Mengenai Hijab, Nikah, dan Poligami - Islam memang dirasakan sedang mengalami peningkatan jumlah penganutnya. Baik dari kalangan laki-laki maupun kalangan wanita. Khusunya wanita, begitu banyak sekarang wanita yang berhijrah memilih untuk benar-benar menutup auratnya dengan berhijab. Namun apakah dengan berhijab itu sudah cukup? bahkan terkadang esensi dari islam sendiri malah terlupakan.

Bukan hanya mengenai hijab, sekarang-sekarang ini juga sedang maraknya untuk menikah diusia dini dari pada zina dini. Di akun-akun sosial media yang bertema nikah, begitu sangat masif anjuran tersebut. Dengan banyak meme yang ditebar, seakan untuk mencegah nafsu yang sudah mulai liar adalah dengan menikah. Apakah iya begitu?

Selain kedua hal diatas, ada satu lagi yang ramai diperbincangkan, yakni Poligami. Dan dihubungkan dengan maraknya pelakor ( istilah dari perebut laki orang ). Maksudnya ya suami orang direbut oleh wanita lain, dihubungkannya dengan poligami, lebih baik diijinkan poligami dari pada jatuh ke pelukan pelakor atau hanya jajan diluar bareng jablay. Apa iya seperti itu logikanya?

Gimana menurutmu? tentang ketiga perkara diatas? ada bayangan?

Ada beberapa logika yang selama ini tersebar di sosial media yang menurut saya kurang begitu tepat. Kaya semacam menggunakan tehnik yang lagi ngehits saja, memang sih logika tersebut ada benarnya juga, tapi jangan tebang pilih donk. Kudu disampaikan semua.

Misalnya nih dari perkara yang pertama

Berlogika mengenai Hijab

Menutup aurat memang sudah menjadi aturan dari Sang Pencipta Semesta ini, karena untuk menjaga kebaikan dan kehormatan si wanita. Namun, malah sebaiknya, meskipun aturan sudah jelas tapi sepertinya aturan itu dibuat untuk dilanggar. Perilaku yang kemudian terbawa kemanapun.

Banyak wanita yang sekarang memilih berhijrah dan mulai menggunakan hijab karena besarnya rahmat Allah bagi yang berhijab, hijabnya pun yang lebar-lebar. Bahkan sampai ada yang memilih untuk memakai Niqab atau Cadar. Bagi sebagian orang itu ekstrim, namun seharusnya bagi umat muslim itu hal biasa. Harusnya sih gitu.

Silahkan Baca :  Manfaat Jilbab menurut Islam dan Sains

Semua umat muslim pasti setuju jika hijab merupakan suatu kewajiban, untuk menjaga kehormatan wanita. Namun, jika ada yang membuat statement mengenai hijab seperti berikut ini gimana?

"Makanya berhijab, agar tidak dilecehkan".

Sepertinya pelecehan itu bukan hanya karena hijabnya lho ya, tapi lebih ke perilakunya. Bukan saya menjelekkan muslimah. Namun saya percaya, yang namanya muslimah pasti berhijab dan dia akan benar-benar menuju hijrah yang sejatinya. Bukan sekedar hijrah dalam tampilannya saja. Karena saya mengamati, tidak sedikit pula wanita yang berhijab tapi perilakunya masih, "gitu deh". Apalagi sampai merasa bahwa "aku lebih baik dari dia". Maaf ya, saya bilangnya wanita berhijab karena kalau bilang muslimah, berarti ia sudah menerapkan hijab untuk hijrah sampai kuatnya iman didalam hatinya.

Jadi, kata makanya pakai hijab biar tidak dilecehkan, itu sepertinya kurang tepat. Bukankah lebih baik kita islam mengajarkan untuk tidak melecehkan? kalau memakai hijab agar tidak dilecehkan, berarti hijab hanya sebuah alat saja ya. Alat agar tidak dilecehkan.

Sebaiknya, bagi yang berhijab juga pelan-pelan rubah perilakunya. Jika perilaku sama, bukan hal yang mustahil masih akan tetep mengalami pelecehan, jika logikanya demikian.

Oke deh, sekarang daripada menghakimi korban pelecehan seksual atas pakaiannya, bukankah lebih baik mengajarkan bagaimana privasi itu harus dijaga dan tidak diketahui orang. Begitu pula ajarkan sejak dini mengenai privasi perempuan yang harus dijaga sampai ijab qobul terlaksana.

Berlogika mengenai Nikah

Selanjutnya mengenai menikah. Melihat timeline sosial media, sehari saja tidak melihat postingan tentang anjuran menikah dini agar tidak terjebak dalam jeratan zina yang sekejap bisa menenggelamkan.

Nih ya, bukannya kebalikan dari berzina itu tidak berzina ya. Bukannya nikah? padahal kata tidak berzina itu banyak caranya dalam islam. Saya memang tidak begitu pandai dalam hal agama, sudah banyak ahlinya. Tapi saya juga memikirkan logika-logika yang sekarang masif tersebar.

Silahkan Baca :  Menikah Mendatangkan Rezeki

Bukankah menikah itu melengkapi separuh agama? separuh agama lho ya. Berarti meningkatkan kualitas ibadah serta sudah siap membangun generasi yang berjiwa islami dengan nilai-nilai ibadah kepada Allah SWT. Bukan nikah untuk sekedar tampil di sosial media saja. hehehe...

Berlogika Mengenai Hijab, Nikah, dan Poligami

Kalau logikanya, "lebih baik nikah ketimbang zina", emangnya esensi dari menikah cuma main gituan doank?

Padahal di Islam, untuk mengontrol segala nafsu yang mulai beranjak bangkit ada caranya. Yakni dengan berpuasa serta memperbanyak dzikir dan baca Al Qur'an. Kenapa tidak masif mengajarkan itu?

Berlogika mengenai Poligami


Nah, begitu juga dengan poligami, yang akhir-akhir ini disangkutpautkan dengan pelakor. Logikanya tuh ya, "ketimbang selingkuh kan lebih baik poligami". Hehehe...gimana?

Nih ya, kalau mau mengikuti kanjeng Nabi SAW untuk berpoligami, coba nikahi janda-janda yang usianya terpaut jauh, bukan hanya janda kaya tapi juga janda yang miskin. Jangan hanya menikahi wanita-wanita muda nan cantik saja. Apalagi wanita-wanita yang tak berhijab yang hanya mengandalkan kemolekan tubuh dan parasnya saja untuk menjatuhkan laki-laki yang sudah beristri. Naudzubillah...

Ketimbang membuat statement poligami lebih baik daripada selingkuh, kan lebih baik membuat statement kalau "setia lebih baik dari pada selingkuh". Mending mengajarkan nilai-nilai psikologi dalam keluarga, agar setiap masalah bisa dapat diselesaikan dengan mudah. Bukankah setelah menikah pasangannya itu menjadi pakaian bagi pasangannya. Gitu kan?




Kalau statement lebih baik poligami ya bisa terus-terusan, karena manusia punya yang namanya rasa bosan. Ingin sesuatu yang baru yang lebih fresh. Bisa jadi kebosanan itu terjadi karena kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh pasangannya. Nanti kalau cari yang baru lagi, ujung-ujungnya bisa bosan lagi dan cari lagi deh yag lain, gitu seterusnya. Sama saja.

Tanamkan nilai-nilai penguat keluarga, terutama nilai-nilai kesetiaan. Tanamkan tanggungjawab dalam diri untuk pasangan. Tanamkan untuk menjaga kepercayaan pasangannya. Tanamkan untuk saling terbuka dengan komunikasi yang sehat, yang saling memahami satu sama lainnya.


  

Penulis : Yogi Permana

Pustaka:
Twitter Ario Bimo Utomo 
Doa kami, Semoga aktifitasmu hari ini bernilai kebaikan. Aamiin
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar