--> Skip to main content

Teguran Keras untuk Kita dari Kisah Gadis Kecil Penjual Tisu di Stasiun Cawang

Teguran Keras untuk Kita dari Kisah Gadis Kecil Penjual Tisu di Stasiun Cawang

Teguran Keras untuk Kita dari Kisah Gadis Kecil Penjual Tisu - Ada sebuah kisah yang cukup menginspirasi buat kita terutama anak zaman sekarang yang lebih suka kalut dalam euforia kekinian. Serta sebuah teguran untuk para orang tua maupun bakal calon orang tua, bagaimana seorang anak harusnya mengalami masa-masa pertumbuhan dengan permainan-permainan, bukannya untuk membantu mencari nafkah. Apalagi masih usia SD.

Nah kisah dibawah ini viral di sosial media, dan saya share ulang diblog atmosferku sebagai bahan renungan buat kita semua, agar jangan gampang menghambur-hamburkan uang, Agar jangan gengsi dengan segala yang ada sekarang ini, jika belum punya tidak usah bergaya sudah punya. Jika sudah punya jangan sok memamerkan.

Karena sebenarnya jika melakukan yang demikian, kita dalam masalah besar, yakni siap-siap terjangkit penyakit hati yang lambat laun bisa sangat akut. Ngerrrrriiiii....

Kisah yang dibagikan oleh akun Facebook Elyudien 

Berikut kisah Elyudien bertemu dengan gadis kecil yang memberikan Inspirasi serta teguran yang sangat keras.

Silahkan Baca : Orang Dewasa masih duduk-duduk Dibelakang, Adik ini sudah Menempati Shaf Pertama

***

“Om jualan yah?” Tanya gadis kecil 9 tahun kepadaku di Stasiun Cawang Jakarta, pada suatu sore jelang magrib.

Gadis itu tak beralas kaki alias nyeker. “Nggak. Mau?” jawabku sambil menawarkan air mineral dan takjil kurma.

Gadis kecil itu menggeleng, dan menjauh pergi. Esoknya, gadis kecil ini mendekat dan bertanya, “Om jualan yah?” 

“Nggak, adek mau?” Tanyaku sambil menyodorkan air mineral dan kurma.

Gadis itu menggeleng, dan menjauh. Masih sama dengan kemarin, tanpa menggunakan alas kaki, namun kini membawa beberapa tisu. Esoknya, menjelang magrib gadis itu menghampiriku lagi. “Om bagi-bagi gratis yah?” tanyanya.  

“Iya, adek mau?” tanyaku.

Ia mengangguk dan mengambil sebotol air mineral dan kurma pemberianku. Kemudian pergi menjauh.

Dan sore ini, gadis kecil itu menghampiriku lagi dengan membawa beberapa tisu. “Om bagi-bagi gratis yah?” 

Teguran Keras untuk Kita dari Kisah Gadis Kecil Penjual Tisu di Stasiun Cawang

Sayapun paham dengan pertanyaannya dan menyodorkan botol mineral dan kurma. Sejenak saya berpikir, anak ini tampaknya jualan tisu di Stasiun Cawang. Disela membagi takjil gratis, saya sempatkan untuk ngobrol dengannya.

Rupanya dia berjualan tisu sepulang sekolah mulai sore hari di Stasiun Cawang. Padahal rumah dan sekolahnya di Depok. Sehari dia membawa 20-40 bungkus tisu yang ditaruh di dalam tas ranselnya.

“Kalau nggak habis, saya dimarahin Bapak,” katamya ringan.

“Jadi pulang jam brapa?” tanyaku.

“Nggak tentu. Bisa sampai kereta terakhir jam 12 malam, nunggu semua tisu terjual baru pulang,” jawabnya.

Plakkk ! Serasa ditampar mendengar cerita gadis kecil ini. Banyak anak-anak sebayanya pulang sekolah asik bermain game, tidur siang ataupun bercanda dengan orangtuanya.

Namun gadis kecil yang masih duduk di kelas 3 SD ini berjuang membantu ekonomi keluarganya. Anak sekecil ini harus ikut menanggung beban ekonomi keluarga yang dari hari ke hari semakin berat.

Azan magrib pun.memisahkan saya dan Amel, nama gadis kecil itu, yang tetap berpuasa meski panas dan lelah menderanya seharian.

 ***

Silahkan Baca : CERITA SEORANG BAPAK DI DALAM KERETA API YANG BEGITU MENGINSPIRASI


MashaaAllah, bener-bener harus menjadi sebuah renungan buat kita semua. Bahwa anak juga membutuhkan kehidupannya saat ini. Serta orang tua janganlah sampai membebani anak dengan target jualan yang harus dipenuhi. Apalagi sampai dimanfaatkan rasa kasihan orang pada anak untuk keuntungan semata.

Serta bagi remaja yang saat ini berhura-hura dengan trend kekinian, mulai sekarang rubahlah itu semua menjadi rasa syukur, karena diluar sana banyak yang tidak seberuntung kamu, hanya untuk berjuang menyambung nyawa diesok hari. InshaaAllah calon muslimah yang luar biasa anak ini.

Kalau ketemu, jangan lupa dilarisi tisunya yaa, untuk mengurangi beban anak sholehah ini.



  
 Elyudien
Jakarta, 18 Ramadhan 1439H #CatatanRamadhan
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar