Pesaing Terberat Bukan Orang yang ada Di Kanan dan Kiri kita
Pesaing Terberatmu Bukan Orang yang ada Di Kanan dan Kirimu - Banyak yang tidak menyadari tentang kemampuan diri kita sendiri. Kalau sebenarnya setiap manusia memang dikaruniai mental juara. Semenjak sebelum dilahirkanpun, sejak masih berbentuk sperma. Sperma calon diri kita ini, berebut menaklukan sel telur. Nah, kita adalah sel sperma yang menang dalam persaingan sengit.
Hingga saat lahirpun, persaingan masih terus kita hadapi. Di rumah, di sekolah, maupun ketika menaiki kereta pagi (KRL Jabodetabek) yang penuh sesak.Hehe....
Sejatinya persaingan adalah ajang untuk merebutkan gelar juara sejati. Membuat kita selalu mempersembahkan yang terbaik setiap hari. Setiap hari, persaingan terus terjadi, dimanapun kita berada.
Apakah itu teman yang berprestasi? Rekan kerja yang baik hati? Adik atau kaka sendiri? Atau si doi? #isisendiri
Kira-kira yang mana coba? adakah dari mereka? sayangnya mereka semua bukan yang terberat.
Mungkin kita selama ini mengira bahwa saingan terbeerat kita adalah orang lain yang berada di sekitar kita. Makanya kadang hati merasa mudah terluka saat melihat orang lain mendapat nikmat yang lebih baik dari yang kita punya. Hayo siapa yang ngerasa gitu? hehe
Silahkan Baca : Jangan Lari dari Masalah, Hadapilah bukan malah Melarikan Diri
Sehingga munculah ambisi untuk mengalahkannya dengan cara-cara yang kurang terpuji. Meski katanya, dendam positif itu bagus untuk jalan menempa diri, agar menjadi lebih maju dan lebih punya cita dan tujuan.
Tapi, sadarkah kita? jika itu hanya membuat potensi atau kemampuan kita sendiri tertutupi? Sebab mengukur kapasitas diri sendiri dengan kapasitas orang lain yang berbeda dengan kita. Akhirnya, kita berubah menjadi orang lain yang dirasa menjadi saingan kita.
Padahal ya, setiap hamba, sudah Allah karuniakan potensi. Kadarnya sama tapi letaknya yang berbeda. Hanya perlu dicari, disadari dan diasah kembali.
Persaingan terberat adalah melawan diri sendiri, apalagi ketika diri sedang dirasuki nafsu yang menggebu, menjadikannya berambisi. Kalau mata dan hati sudah tertutup ambisi, apapun caranya, akan dilakukan meskipun itu akan merugikan banyak orang lain.
Maka, jangan sibuk bersaing dengan orang di kanan dan kiri. Sibuklah bersaing dengan diri kita sendiri. Tanamkan tekad untuk menjadi lebih baik setiap hari. Agar kelak, kita bisa menjadi pemenang sejati!
Bersama teman bukanlah untuk bersaing, namun kita harus saling berkolaborasi dalam kebaikan. Bersama diri sendiri kita terus berkompetisi agar senantiasa mengupayakan perbaikan.
Silahkan Baca : Kalau Fokus pada Proses maka Hasilpun akan Bersahabat pada Kita
Ternyata lawan kita yang sangat nyata adalah diri kita sendiri. Bukan nurani. Melainkan nafsu diri berserta syaitan yang selalu mengajak pada keburukan. Hiiii, nggak takut tuh ditempeli syetan.
Upayakan selalu perbaikan diri, perkuat jiwa sosial agar bersama teman selalu berjuang bersama-sama dalam kebaikan serta saling mengingatkan. Agak berat memang, tapi dengan menghargai, menghormati, dan memahamilah semua bisa terjalin.
Selamat bersaing dengan diri sendiri, kawan! Jadilah juara sejati di hadapan Illahi Rabbi dan menangkan hadiah utama-Nya yaitu ampunan tak bertepi serta keridhoan yang sangat berarti. Aamiin Ya Rabbi.
Hingga saat lahirpun, persaingan masih terus kita hadapi. Di rumah, di sekolah, maupun ketika menaiki kereta pagi (KRL Jabodetabek) yang penuh sesak.Hehe....
Sejatinya persaingan adalah ajang untuk merebutkan gelar juara sejati. Membuat kita selalu mempersembahkan yang terbaik setiap hari. Setiap hari, persaingan terus terjadi, dimanapun kita berada.
Akan tetapi, siapa sih sebenarnya pesaing terberat kita saat ini? apakah itu orang yang ada di kanan dan kiri kita?
Apakah itu teman yang berprestasi? Rekan kerja yang baik hati? Adik atau kaka sendiri? Atau si doi? #isisendiri
Kira-kira yang mana coba? adakah dari mereka? sayangnya mereka semua bukan yang terberat.
Mungkin kita selama ini mengira bahwa saingan terbeerat kita adalah orang lain yang berada di sekitar kita. Makanya kadang hati merasa mudah terluka saat melihat orang lain mendapat nikmat yang lebih baik dari yang kita punya. Hayo siapa yang ngerasa gitu? hehe
Silahkan Baca : Jangan Lari dari Masalah, Hadapilah bukan malah Melarikan Diri
Sehingga munculah ambisi untuk mengalahkannya dengan cara-cara yang kurang terpuji. Meski katanya, dendam positif itu bagus untuk jalan menempa diri, agar menjadi lebih maju dan lebih punya cita dan tujuan.
Tapi, sadarkah kita? jika itu hanya membuat potensi atau kemampuan kita sendiri tertutupi? Sebab mengukur kapasitas diri sendiri dengan kapasitas orang lain yang berbeda dengan kita. Akhirnya, kita berubah menjadi orang lain yang dirasa menjadi saingan kita.
Padahal ya, setiap hamba, sudah Allah karuniakan potensi. Kadarnya sama tapi letaknya yang berbeda. Hanya perlu dicari, disadari dan diasah kembali.
Persaingan terberat Diri Kita
Persaingan terberat adalah melawan diri sendiri, apalagi ketika diri sedang dirasuki nafsu yang menggebu, menjadikannya berambisi. Kalau mata dan hati sudah tertutup ambisi, apapun caranya, akan dilakukan meskipun itu akan merugikan banyak orang lain.
Maka, jangan sibuk bersaing dengan orang di kanan dan kiri. Sibuklah bersaing dengan diri kita sendiri. Tanamkan tekad untuk menjadi lebih baik setiap hari. Agar kelak, kita bisa menjadi pemenang sejati!
Bersama teman bukanlah untuk bersaing, namun kita harus saling berkolaborasi dalam kebaikan. Bersama diri sendiri kita terus berkompetisi agar senantiasa mengupayakan perbaikan.
Silahkan Baca : Kalau Fokus pada Proses maka Hasilpun akan Bersahabat pada Kita
Ternyata lawan kita yang sangat nyata adalah diri kita sendiri. Bukan nurani. Melainkan nafsu diri berserta syaitan yang selalu mengajak pada keburukan. Hiiii, nggak takut tuh ditempeli syetan.
Upayakan selalu perbaikan diri, perkuat jiwa sosial agar bersama teman selalu berjuang bersama-sama dalam kebaikan serta saling mengingatkan. Agak berat memang, tapi dengan menghargai, menghormati, dan memahamilah semua bisa terjalin.
Selamat bersaing dengan diri sendiri, kawan! Jadilah juara sejati di hadapan Illahi Rabbi dan menangkan hadiah utama-Nya yaitu ampunan tak bertepi serta keridhoan yang sangat berarti. Aamiin Ya Rabbi.
Oleh Asrida Juliana
Instagram: @asridachida
Instagram: @asridachida
Doa kami, Semoga rezeki berlimpah untuk sobat semua hari ini. Aamiin