--> Skip to main content

5 Dosa Tidak Termaafkan di Rumah Bata Merah - Short Film Clinic

5 Dosa Tidak Termaafkan di Rumah Bata Merah - Short Film Clinic

5 Dosa Tidak Termaafkan di Rumah Bata Merah - Short Film Clinic - Berawal dari unggahan saya tentang Desa wisata Gerabah Gebangsari, akhirnya antara saya dan kawan saya yakni Mas Tikno, Mas Budi, dan Pak Ario sepakat untuk silaturahmi ke Banyumas. Tepatnya ke Rumah Pak Heru S Sudjarwo. Untuk unggahan saya kemaren bisa kamu baca di artikel yang berjudul Berwisata di Desa Wisata Gerabah Gebangsari, Tidak Ada Noda Tidak Belajar.

Kesepakatan kami hanya dibahas dalam kolom komentar di facebook saya. Tanpa melalui adanya pertemuan dan tetek mbengek terlebih dahulu. Ini kebiasaan yang cukup anti mainstream, rencana dadakan, yang terkadang juga bikin keder. Hehehe, tapi ya begitulah kehidupan jiwa-jiwa yang terkadang berjalan tanpa rencana.

Tadinya sih mau berangkat pagi, kemudian berubah menjadi siang, ekh berubah lagi jadi berangkat habis maghrib. Apapun itu aralnya, harus jalan kalau sudah diputuskan, biarpun itu malam.

Mas Budi dan Mas Tikno yang sama-sama dari Gebangsari pun menjemput saya, rumah kami cukup berdekatan, hanya terpisahkan oleh beberapa hektar sawah dan perkampungan. Hahaha..

Satu kecamatan, tapi berbeda desa, kira-kira melewati 5 desa, kalau dalam menit ya sekitar 15 - 20 menit untuk sampai di Desa Gebangsari, desa mereka.

Kemudian kami menuju rumah Pak Ario yang lokasinya di Pejagoan, dari situ kami langsung berangkat, melakukan perjalanan menuju ke barat, ke Kabupaten yang mempunyai tagline "Better Banyumas".

Berangkat jam 7 malam, sampai di Banyumas sekitar jam setengah 10 malam. Karena perjalanan santai, sambil senda gurau di Mobil, saling melempar ejekan ejekan gurih, yang membuat kami lupa bahwa musik di dalam mobil ternyata belum dinyalakan.

Melewati perjalanan yang cukup mendebarkan, jalan nanjak yang cukup ekstrim dengan kanan kiri buah durian, dalam kondisi demikian saja, candaan masih terceletuk, "bawa batu nggak buat siap-siap ganjel", dasar para lelaki edyaan, kecuali saya. Hahaha....

Silahkan Baca : Kopdar Tipis-Tipis Kebumen Local Guides, memberikan Ide dan Gagasan pada Pelaku Wisata

Sekitar jam setengah 10 malam, sampailah kita di Rumah Pak Heru S Sudjarwo (Rumah Bata Merah - Short Film Clinic). Turun dari mobil tuh, rasanya kaya bawa seserahan, banyak yang dibawa. Ada Ubi rebus, Beras, Ubi Cilembu, Golak, Kacang rebus, beras, dan jagung.  Itu semua untuk sajen kami dalam obrolan malam yang menarik, semuanya makanan tradisional.

Kami disambut baik oleh Pak Heru S Sudjarwo. Dari facebook jadi pertemuan yang real dan begitu hangat menyadap. Rasanya seperti sebuah keluarga yang begitu lama tidak jumpa, langsung akrab begitu saja, seperti sungai yang bertemu laut, langsung menyatu.

Ini pertemuan saya yang kedua saya dengan Pak Heru, dimana pertemuan pertama sewaktu di Hutan Wisata Mangrove, Kebumen. Disanalah saya mengenal Beliau dan berteman di Facebook. Meski malam itu, Pak Heru sempat lupa, siapa sih Yogi. Hahaha, emang bukan siapa-siapa sih..

Efek dari profil akun facebook saya yang fotonya kartun Conan. Jadi tidak dikenali sama Pak Heru. Setelah cerita, ya Pak Heru langsung ingat. Obrolan-obrolan hangat disertai canda tawa renyah pun tercipta.

Dengan pokok bahasan awal Desa Wisata Gerabah Gebangsari dalam kedepannya dan potensi-potensinya yang bisa dimaksimalkan, terutama dalam hal inovasi bagi para pengrajinnya.

5 Dosa Tidak Termaafkan di Rumah Bata Merah - Short Film Clinic

Tangan-tangan liarpun mulai beraksi, jari-jari menuju makanan-makanan tradisional yang tadi kami bawa, dari ngreook kacang, ubi, dan lainnya. Mulut-mulut tak berhenti bergerak, meskipun sedang mendengarkan, tapi mulut bergerak, bukan berbicara melainkan mengunyah. Hehe..

Dari obrolan Gebangsari tersebut, tiba-tiba Pak Ario nyletuk, "sekalian saja bahas cerita Mbah Sarmo yang divideo itu".

"Cerita Mbah Sarmo", sontak saya kaget. Kapan Pak Ario bikin filmnya? *ada perasaan kagak enak ini

Benar sekali, ternyata itu Video yang saya buat, video yang hanya sebatas untuk konten Youtube saya. Jadi ya ngasal gitu. Kalau ingin tau videonya kaya apa klik aja Cerita Mbah Sarmo.

Pastilah banyak kesalahan-kesalahan yang bakal bikin saya malu sendiri, tapi tidak apa-apa, saya jadi tau cara bikin video yang baik dan sesuai ilmunya.

Detik demi detik video tersebut diputar, baru beberapa detik, Pak Heru menghentikan videonya, kemudian langsung mengkritik sekaligus memberi saran.

Kata pertama yang muncul adalah ini Dosa yang tidak termaafkan dalam video. Jleb, duuuaaaaarrrrr,,booom,, 

Akan tetapi saya jadi mengetahui triknya, ilmunya untuk diterapkan pada video-video yang selanjutnya.

Dalam video saya yang di Gebangsari tersebut, masih banyak yang kurang, juga banyak cacatnya. Video asal-asalan hanya sebatas untuk konten Youtube, tapi Pak Heru langsung bilang, meskipun itu untuk konten Youtube, buatlah yang bagus, buat menarik orang untuk melihat, tapi tidak menghilangkan sisi keilmu-annya.

Silahkan Baca : Tulisan ini Tercetus, Gara-Gara Ketemu Dinosaurus


Semisal adab sopan santun yang dulu dipegang teguh, sekarang sudah mulai menghilang, tatkala gaya bebas serta menganggap yang tua adalah sama. Bahkan yang namanya kesopanan sudah dibilang kampungan, akan dipastikan, kesopanan pun tak akan digunakan.

Pembuatan film pun hampir sama, dulu membuat film, pengambilan tiap adegan benar-benar dengan ilmu videografi. Tapi di era menjamurnya Youtube, sudah mulai menghilang. Pembuatan-pembuatan video yang memaksakan, tanpa ada ilmu dan motivasinya.

Dalam video Gebangsari yang menceritakan sosok mbah Sarmo tersebut, mendapat banyak saran yang membangun, seperti sebuah nasehat dari seorang Ayah yang paham, jika anaknya akan bisa memperbaiki kesalahannya.

1. JUMPING
Masih banyak shot gerakan Mbah Sarmo dalam video yang dipotong lalu disambung tanpa mempertimbangkan kontinuitas gerak, sehingga gerakannnya patah-patah (jumping). Sebaiknya gerakan-gerakan tersebut disisipi stock shoot, ingat, stock shoot jangan terlalu lama durasinya. Agar suara tetap bisa harmonis sesuai alur tapi gambar tidak melompat.

2. STOCK SHOT
Film dukumenter adalah faktual, asli, sesuai kenyataan, sehingga diperlukan begitu banyak Stock Shoot, agar pembuat film dapat mengatur tempo film, memotong gambar sesuai durasi tanpa ‘jumping’. Stockshot itulah berfungsi sebagai ganjal (inserting) sekaligus untuk memperkaya adegan wawancara sehingga penonton tau kondisi disekitar rumah Mbah Sarmo.

3. CAMERA MOVEMENT
Menggunakan kamera movement tanpa adanya motivasi. Gerakan kamera ke kanan, ke atas, ke bawah, ke kiri harus ada motivasinya, jika tidak, jangan gunakan kamera movement.

4. IMAGINARY LINE
Dalam sebuah wawancara, antara pewawancara dan obyek, terbangun garis imajiner. Pak Sarmo disebelah kanan dengan reporter disebelah kiri diinfokan kepada penonton pada shot 1. Shot –shot berikutnya “kamera tidak boleh melompati garis imajiner”. Dengan bahasa teknis, kamera hanya bekerja pada area 180 derajat saja.

Pada kreator kelas lanjut, hal ini bisa dipatahkan dengan satu shot ‘jembatan”, misalnya “camera movement” atau “Object movement”

5. TECHNICAL APPROACH
Sudah dikatakan diawal tulisan, bahwa karya video ini dikerjakan dengan peralatan dan tenaga yang terbatas (single fighter). Suara saya masih terlalu besar, karena mewawancari model dari belakang kamera, otomatis bakal hard suaranya (akan Lebih keras). Sebaiknya dipelankan, bisa dilakukan dalam proses editing.

Itu 5 Dosa tidak termaafkan saya di Rumah Bata Merah, tempat klinik film-film pendek. Dosa yang harus bisa saya hapuskan, untuk bisa menghapus dosa-dosa lainnya yang pasti akan lebih banyak.

Sebenarnya sih, salah salah menuliskan judulnya, hehe, Maaf ya. yang dosa tidak termaafkan adalah no 1 dan no 4. Sedangkan yang lainnya berupa kesalahan saja, karena sedikitnya pengetahuan saya soal videografi.

So, jika kamu mempunyai karya film, atau punya ide tentang film, bisa dikonsultasikan sama Pak Heru, beliau orangnya baik, sangat welcome pada generasi filmmaker yang ingin terus meningkatkan kemampuan dan ilmu dalam bidang perfilman atau videografi.

Tepat jam 2 pagi, kami pamit untuk pulang. Sebab Mas Budi paginya akan ada acara lain. Sebenarnya kami masih ingin berlama-lama, tapi mau gimana lagi. Mas Budi paginya ada acara, dan Mas Tikno ngrengek soal Durian. Hahaha..

Wallahu a'lam, rengekan Mas Tikno yang mengandung sedikit unsur jahad kepada saya tidak terlaksana. Ia tau kalau saya tidak suka dengan Durian, lah wong pas berangkat saja melewati penjual durian di Kemranjen, saya pakai masker.

Meskipun begitu, semua terobati dengan menyantap bebek goreng depan Pasar Gombong, menemani waktu sahur sebelum sampai rumah terus tertidur.

Silahkan Baca : Pengalaman Safari Takjil Bersama Laskar Sedekah - jilid 1


Oh ya, siapa sih Pak Heru S Sudjarwo, kayaknya ko begitu banget. Beliau merupakan orang penting dalam dunia perfilman yang membumi. Seorang sutradara dan juga penata film kebangsaan Indonesia. Beliau juga merupakan perancang desain Piala Njoo Han Siang (2004) dan Piala Citra Festival Film Indonesia (2008).

5 Dosa Tidak Termaafkan di Rumah Bata Merah - Short Film Clinic
kluban.net
Karya-karya Beliau sudah cukup banyak, antara lain sebagai penata artistik dalam film Bukan Sandiwara (1984), RA Kartini (1982), Wolter Mongisidi (1983) serta film fenomenal Catatan Si Boy  (1984). Kemudian Beliau juga pernah menjadi Production Designer, karyanya antara lain Cinta di Balik Noda, Titik Noda, Serpihan Mutiara Retak, Bibir-bibir Bergincu, Kidung Cinta, Pengantin Pantai Bitu, Rara Jonggrang, dan masih banyak yang lainnya.

Karya-karya dari Pak Heru Sudjarwo juga pernah memenangi dua piala citra. Untuk bisa mengetahui profil Pak Heru Sudjarwo bisa baca di Profil Heru Sudjarwo.

Sungguh sebuah Nikmat terdahsyat yang saya dapatkan, bisa mengenal Beliau dan belajar mengenai film. Saat pertama ketemu di rumahnya, Beliau langsung bertanya, "Yogi, kamu suka film atau cuma menikmati film?". Jelas saya suka, karena saya juga ingin bisa membuat film pendek yang menggunakan kaedah-kaedah ilmu perfilman.

Cukup segini dulu ceritanya, kapan-kapan saya lanjutkan lagi. Semoga bermanfaat.

 

  

Oleh Yogi Permana
Jangan Lupa Tersenyum
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar