--> Skip to main content

Wisuda: Sebuah Tradisi yang Mengalami Pergeseran Makna

Wisuda: Sebuah Tradisi yang Mengalami Pergeseran Makna
Ilustrasi PAUD Wisuda

Wisuda di tingkatan pendidikan awal telah menjadi umum, namun biayanya menjadi beban tambahan bagi orangtua. Wisuda sarjana tetap penting, tetapi wisuda di tingkat pendidikan awal perlu dipertanyakan keperluannya dalam konteks keuangan yang sulit. Penting untuk menemukan alternatif yang memberikan apresiasi tanpa membebani secara finansial.

Atmosterku.com | Wisuda: Sebuah Tradisi yang Mengalami Pergeseran Makna - Wisuda, sebuah momen yang pada zaman dulu sangat dinanti-nanti saat menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana atau diploma. Namun, dalam perkembangan zaman, tradisi wisuda telah meluas hingga mencakup tingkatan pendidikan yang lebih awal, seperti PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA. Tidak diketahui dengan pasti siapa yang pertama kali memperkenalkan wisuda di lingkungan sekolah-sekolah tersebut. Meskipun tidak ada yang salah dengan hal ini, namun menurut pandangan saya, tradisi ini agak kurang tepat. Mengapa demikian? Mari kita telusuri lebih lanjut.

Dalam beberapa tahun terakhir, wisuda di tingkatan pendidikan yang lebih awal telah menjadi hal yang umum. Acara ini memberikan kesempatan bagi siswa-siswa untuk merayakan pencapaian mereka dan mendapatkan pengakuan atas perjalanan belajar yang telah mereka lalui. Namun, ada aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti acara wisuda ini. Setelah membayar biaya wisuda, orangtua atau siswa itu sendiri seringkali masih harus menghadapi tanggungan biaya pendidikan berikutnya. Hal ini bisa menimbulkan beban finansial tambahan bagi keluarga yang mungkin sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan.

Baca Juga :Sebuah Opini tentang Perempuan Bercadar, Itu Pilihan Mereka

Namun, jika kita melihat dari sudut pandang wisuda tingkat sarjana, memanglah wajar jika acara wisuda menjadi momen yang sangat spesial. Wisuda sarjana adalah titik akhir dari perjalanan pendidikan formal yang panjang dan menandai langkah pertama menuju dunia kerja. Setelah wisuda, tidak perlu lagi memikirkan sekolah lanjutan. Bagi mereka yang memilih jalur pendidikan akademik, wisuda sarjana merupakan tonggak penting dalam mencapai cita-cita akademik mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika acara wisuda menjadi begitu istimewa.

Mungkin satu-satunya pengecualian dari tradisi wisuda di tingkat SMA atau SMK adalah untuk siswa yang langsung memasuki dunia kerja setelah lulus. Terutama bagi siswa yang menempuh pendidikan kejuruan di SMK, setelah lulus mereka dapat langsung mendaftar untuk pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang telah mereka pelajari. Bagi mereka, wisuda mungkin bukanlah momen yang begitu penting karena fokus utama mereka adalah mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.
 
Secara keseluruhan, tradisi wisuda di tingkatan pendidikan yang lebih awal bisa dianggap sebagai sebuah perubahan dalam makna dan tujuan dari acara tersebut. Dulu, wisuda lebih berkaitan dengan pencapaian akademik yang tinggi, sementara sekarang menjadi semacam perayaan atas setiap tingkat pendidikan yang diselesaikan. Namun, sebagai masyarakat yang kritis, kita perlu mempertanyakan apakah wisuda di tingkat pendidikan yang lebih awal benar-benar perlu dilakukan dengan biaya yang tidak sedikit. Apakah ada cara lain yang lebih efektif untuk memberikan penghargaan dan pengakuan kepada siswa atas pencapaian mereka tanpa harus membebani orangtua secara finansial?

Dalam menghadapi perubahan zaman, penting bagi kita untuk selalu mempertimbangkan kembali tradisi-tradisi yang ada dan memastikan bahwa mereka tetap relevan dan bermanfaat. Kita perlu menjaga keseimbangan antara merayakan prestasi siswa dan memastikan tidak ada beban finansial yang berlebihan. Sebagai masyarakat yang peduli terhadap pendidikan, kita dapat mencari alternatif yang lebih hemat biaya namun tetap memberikan apresiasi yang layak kepada para siswa. Wisuda di tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, seperti sarjana, tetaplah menjadi momen yang istimewa, tetapi perlu dipertimbangkan apakah tradisi wisuda di tingkat pendidikan yang lebih awal masih relevan dalam konteks keuangan yang semakin sulit. 

 
Dan masih ada dalam benak, kenapa masyarakat kebanyakan menyukai hal yang berhubungan dengan euforia? apakah karena sekarang kita berada di dalam dunia digital? bukan lagi dunia nyata?

Apapun itu, saya berharap tidak ada kesenjangan yang lebih fatal lagi, antara yang mampu dengan yang saat ini belum mampu. Karena bisa jadi, akan ada kejadian dimana orang tua yang belum mampu memaksimalkan acara wisuda anaknya di tingkat sekolah awal, malah menjadikan kesedihan bagi si anak. Hal tersebut bisa menurunkan kepercayaan dan rasa minder pada diri anak.

  
"Selama kita masih punya hati yang hidup, mari sebarkan kebaikan" www.atmosferku.com

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar