--> Skip to main content

Sosial Media menjadi Sarana untuk Pamer

Sosial Media menjadi Sarana untuk Pamer

Sosial Media menjadi Sarana untuk Pamer - Sosial Media benar-benar menjadi Dunia yang baru setelah ada 2 Dunia, yakni Dunia Nyata dan Dunia Ghoib. Kalau Dunia nyata dan Dunia Ghoib, semua sudah pada tau lah, bagaimana aturannya dalam agama menjaga keduanya agar berkesinambungan.

Namun, kalau Dunia Sosial media bagaimana? Dunia yang ada dalam genggaman, dunia yang isinya cuma video dan tulisan, tapi bisa membuat orang lupa akan dunia nyata. Dunia dimana kita hidup dan bernafas.

Namanya juga peradaban tekhnologi, yang semakin hari semakin mengerikan kemajuannya. Belum lagi lagi ketika semua pekerjaan manusia telah digantikan oleh robot. Bisa jadi nanti manusia yang jadi penikmat saja kerjaannya cuma ungkang-ungkang, makan, tidur dan jalan-jalan di Sosial media.

Tetangga? lupakan, kan bisa ngobrol di Sosial media. Ada acara misal kelahiran, pernikahan, bahkan kematian, bisa jadi nanti cuma ramai di sosial media ucapan-ucapan. Semoga sih yang ini jangan sampai terjadi.

Balik lagi ke Sosial media, orang-orang nyebutnya Dunia Maya. Dalam ilmu fisika, maya itu sama saja tidak nyata. Beda sama dunia kita hidup sekarang dan dunia ghoib, itu nyata. Dan tidak diragukan lagi. Meskipun cuma sementara, karena yang abadi ya nanti, di akherat sono. Mrinding akh kalau ngomogin akherat, masih banyak dosa. Apalagi dosa yang disebabkan ulah kita sendiri di dunia maya.

Silahkan Baca : Sudah Taukah 6 Adab ini, sebelum Kamu Berkomentar di Sosial Media ?

Sejatinya dunia maya menjadi pelampiasan kebiasaan buruk manusia, kebiasaan apa itu? manusia itu sukanya nyari perhatian, ingin diperhatikan, kepo (mau tau urusan orang), Ghibah, dan yang sering tuh ya, suka Pamer dengan semua apa yang diraih. Bahkan yang ekonominya sangat lemah saja, punya gengsi untuk tetep pamer seakan dia kaya.

Pamer seperti sudah mendarah daging dalam diri manusia, dari sebuah kepercayaan diri yang tinggi, rasa untuk memamerkan, untuk memperlihatkan apa yang dimiliki akan semakin terbuka. Nah, apa saja yang biasa kita pamerakan di sosial media? dan menjadi salah satu penyakit akibat dari maniaknya dengan sosial media.

1. MEMAMERKAN WAJAH. 


Tidak saja orang yang jahil bahkan yang mengaku 'alim pun tak ketinggalan ikut serta pamer wajah (meskipun tidak semua seperti itu, tapi kebanyakan).  Bahkan yang lucu lagi, ini menurut saya saja ya. Untuk muslimah terutama, mereka sudah bercadar, menutup auratnya, tapi suka memperlihatkannya di sosial media. Itu yang sampai sekarang saya tidak mengerti. Alasan mereka dakwah, soal dosa, biar mereka tanggung sendiri. Gitu coba kata mereka?

Padahal, bisa terjadi lho yaa, saat mereka memajang foto mereka, timbul ghibah, timbul pikiran-pikiran yang liar dikepala lelaki yang melihatnya. Tolong, jangan ditanggapi dengan jawaban, "akh itu sih pikiran dan mata mereka saja yang tidak bisa menjaga".

Coba pikirkan, kalau di meja disediakan makanan enak, apa kamu tidak akan tergoda? kalau dibilang iman mereka tuh belum kuat, menyalahkan emang sangat mudah ya. Kalau dibalas, imanmu juga belum kuat, nyatanya belum bisa menjaga dirimu. Nah lhoo...

2. MEMAMERKAN HARTA KEKAYAAN. 


Memajang foto rumah, foto kendaraan, foto baju, foto lagi shoping. Dengan menuliskan caption misalnya, " Mobil ini hadian ulang tahun dari papah, makasih papah, aku sayang papah". Hehehehe...

Maksudnya apa coba? selain cuma untuk pamer dan mendapatkan perhatian. Bahkan yang tau postingan itu, bisa jadi menimbukan iri dengki.  Menjadikan penyakit di hati orang lain. Mungkin akan ada beragam tanggapan, "aduh senengnya jadi kamu". Nah yang bahaya, jika tanggapannya berbalik negatif.

Sempat beberapa kali anak yang ngakunya orang tuanya kaya, berulah di sosial media, dengan membakar uang, tidur diatas uang dan sebagainya. Jelas, kalau itu untuk memamerkan saja. Jika mereka punya banyak uang.

3. MEMAMERKAN KEMESRAAN. 


Berat nih kalau ngomongin ini, nanti dikira jomblo lagi nyinyir. Hehehe... Tapi yang namanya berpendapat kan boleh, yang penting santun.

Sosial Media menjadi Sarana untuk Pamer

Oke, sekarang di sosial media bertebaran foto-foto dua orang lawan jenis yang memperlihatkan kemesraan mereka. Yang lebih parah lagi, ada yang sebagian besar dari mereka adalah pasangan yang belum halal alias baru sebatas pacaran. Dan itu mereka banggakan, untuk meledek para Single-lillah. Na'udzubillah .. bener-bener kacau.

Silahkan Baca :  Diam-diam ada yang Memperhatikanmu melalui Sosial Media tanpa Kamu Sadari

Memeluk, mencium, berpegangan, mereka tunjukkan di sosial media, bener-bener miris foto gaya anak pacaran zaman sekarang. Dengan caption-caption yang begitu bikin baper, misalnya " terima kasih sudah menjadi istriku selama ini, sudah mau melewati suka duka bersamaku". Jangan baper ya, hehe...

Dan yang masih pacaran bikin status, "terima kasih ya sudah mau menjadi pacarku, meskipun baru 2 tahun" ( fotonya sambil berhadap-hadapan ). yaa Allah....

Sebenarnya sih, itu urusan mereka saja, namun karena ini tulisannya bertema pamer di sosial media, jadi saya tuliskan. Hehehe....

4. MEMAMERKAN PRESTASI. 


Prestasi pun jadi ajang untuk unjuk gigi, memperlihatkan pada khalayak, jika kita berprestasi. Menurut salah seorang pakar, bahwa pamer prestasi adalah salah satu cara meningkatkan nama brand kita.

Banyak yang melakukannya sekarang ini, dapat sertifikat dari kejuaraan apa gitu, terus dapat penjualan yang fantastis misal 10.000 produk dalam 3 hari.

Kalau itu untuk branding yang baik, sepertinya sih tidak apa-apa, sebatas sebagai portofolio. Beda lagi, jika prestasi yang didapatkan dipamerkan hanya sekedar untuk dapat perhatian saja, apalagi untuk menyindir-nyindir.

Tinggal substansinya saja, untuk apa memamerkan sebuah prestasi. Kalau cuma untuk kebanggaan diri semata, buat apa dipamerkan. Kecuali, untuk memotivasi yang lainnya, dan yang dititik beratkan bukan cuma prestasinya melainkan proses dan kemamuan untuk berprestasi.

5. MEMAMERKAN KEBAIKAN. 

Nah ini yang sering dilakukan, termasuk saya sendiri terkadang masih saja curi-curi kesempatan untuk itu. Berbuat baik, tapi diceritakan, bikin bangga, seneng, tapi nilainya turun tanpa terasa.

Keliatannya seperti bersyukur, "alhamdulillah, bisa membantu anak yatim di panti asuhan bla bla bla". Maksud dan tujuannya apa coba melakukan itu? bakal beda kalau dari awal membuat postingan mau membantu panti asuhan, kemudian mengajak teman-teman dan yang lainnya untuk ikut andil.

Jadi, bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan bersama-sama.

Dan, tidak usah memposting foto-foto selfie ketika lagi bersama dengan anak yatim, cukup foto kebersamaan saja, bukan menonjolkan diri.

Ada banyak banget kebaikan yang sering kita pamerkan, misalkan "leganya udah sholat, udah baca qur'an, sekarang mau bantu orang tua dulu yaa, semangat gaesss". Hehehehe..

Kebiasaan memamerkan tersebut semakin hari semakin membudaya, Jika diingatkan, akan timbul amarah. Padahal kebaikan itu untuk diri sendiri, bukan untuk dipamerkan. Kalau dipamerkan, hanya sebatas mendapatkan like, comment, dan share. Cuma itu saja, soal nilainya, wallahu a'lam, itu urusan Allah.

6. MEMAMERKAN KEBURUKAN (AIB). 

Sudah tidak ada yang namanya batasan atau aturan dalam membuat postingan di sosial media. Apapun itu yang penting bisa mendapatkan banyak like, banyak yang comment dan banyak yang ngeshare. Entah itu isi kontennya baik ataupun buruk.

Nah, beberapa waktu belakangan ini, banyak tuh yang menyebarkan aib, atau keburukan orang lain. Bahkan keburukan diri sendiri. Mulai menuduh pelakor,cerita suaminya selingkuh, cerita istrinya selingkuh, cerita yang buruk tentang internal keluarganya.

Bahkan, ketika sudah cerai tak lagi menjadi suami istri, malah saling membeberkan aibnya masing-masing. Dan parahnya, itu dituliskan dalam sebuah postingan di sosial media, yang bisa dilihat oleh orang di seluruh dunia. Na'udzubillah...

Silahkan Baca :  Postingan Sosial Media Anak SD yang bikin Miris

Sosial media memang terkadang menjadi tempat pelampiasan kita untuk menghakimi seseorang, tapi alangkah baik tidak dipergunakan untuk itu. Kan bisa dirembug bareng-bareng, apalagi sesama muslim. Ngrembug bareng menguatkan ukuwah islamiyah.

Memang, sebaik-baiknya Maha Pelindung ya cuma Allah. Karena Allah yang bisa menyembunyikan semua Aib-aib kita.

Saya mencermati beberapa pengajian juga, tapi pengajian yang menyediakan waktu untuk tanya jawab dan diskusi ya. Ada beberapa audiens yang menceritakan tentang masalah rumah tangga, masalah pribadi dan sebagainya. Tapi itu diutarakan diforum umum, itu gimana ya? sampai sekarang saya masih mikir itu? padahal ustadz maupun ustadzah sering berdakwah, agar menutup rapat-rapat aib rumah tangga.

Dari semua hal diatas, memang tabi'at manusia itu suka pamer, Kita paling tidak bisa lepas dari sifat yang satu ini. Jika memiliki wajah yang tampan, harta berlebih, amalan kebaikan, prestasi, banyak rizki dan harta yang terlihat mentereng dan mahal, pasti ingin sekali dipamer-pamerkan.

Selalu berbangga dengan harta dan perhiasan dunia, itulah jadi watak sebagian kita. Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk merenungkan firman allah ta'ala berikut ini.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS At Takatsur: 1-8)

Semua yang kita pamerkan, akan dimintakan pertanggung jawabannya. Semakin sering kita pamer, semakin banyak yang akan kita bertanggung jawabkan.

Tulisan ini semata-mata sebagai bahan perenungan diri penulis, dan mengajak para pembaca untuk lebih bijak dalam penggunaan sosial media.

  
Pustaka
Anonim
Editing : Yogi Permana
Banyak sekali manfaat sosial media untuk mendapatkan kebaikan, maka tujualah manfaat baiknya
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar