Merasakan 5 Kasih Sayang Ibu yang sampai Saat ini Terpatri dalam Ingatan dan Hati
Merasakan 5 Kasih Sayang Ibu yang sampai Saat ini Terpatri dalam Ingatan dan Hati - Sangat berterima kasih sekali dengan mas Budi iskandar yang telah mengunggah sebuah foto, sangat bermakna, serta mempunyai banyak cerita cinta di dalam foto diatas. Meski ini foto yang cukup lama, tapi maknanya tetap ada dan akan awet. Apalagi disaat Hari Ibu 22 Desember ini.
Jadi semakin paham, kalau setiap ibu sejatinya ingin menjadikan anak sebaik mungkin. Entah apapun akan dilakukan, meskipun dalam kondisi sedang bekerja. Kaya difoto diatas, memperlihatkan seorang Ibu yang sedang mengajari anaknya mengaji disela-sela rehat dalam berjualan koran.
Kita tidak tau, kondisi sebenarnya, sedang rehat atau merehatkan diri untuk mengajari anaknya? apapun itu menjadi sebuah cambuk bagi setiap anak, agar menghormati orang tua terutama seorang Ibu.
Dalam hatinya cuma ada anak yang pertama, bahkan suaminya saja kemungkinan jadi nomer dua. Bukan perjuangan yang mudah, bekerja sembari membawa anaknya dan tak lupa mendidiknya dalam kondisi apapun.
Terutama dalam hal adab dan agama, kalau dalam bahasa jawa ada yang namanya istilah "unggah-ungguh atau Tata Krama". Itu yang orang tua ajarkan, meskipun tidak lepas dari sifat kenakalan, dengan sabar orang tua (ibu) terus mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan sikap yang baik saat dimanapun berada.
Silahkan Baca : Sebuah Kisah tentang Hebatnya Seorang Ibu
Banyak yang Ibu dan Bapak ajarkan pada saya, baik yang tersirat maupun tidak tersirat. Dan itu menjadi sebuah pembelajaran yang berharga untuk saya sendiri, ketika mendapat tugas untuk bertemu dengan orang-orang yang lebih tua di perkampungan.
Jadi, saya merasakan 5 kasih sayang ibu yang sampai saat ini terpatri dalam ingatan dan hati, apa saja itu? berikut ini ulasannya :
1. Unggah-Ungguh dalam Berbicara dengan orang yang lebih Tua.
Meski saya tidak secara utuh berbicara bahasa krama inggil sama orang tua, tapi jika dengan orang lainnya terutama dengan temen-temennya Ibu atau Bapak, diusahakan untuk menggunakan bahasa krama inggil.
Tata cara berbicara dengan krama inggil, itu tanda kalau kita menghormati orang tua. Dalam setiap pelafalannya, dengan krama inggil bisa menjauhkan kata-kata kasar, bahkan bernada keras itu tetep terasa lebih sopan. Maksudnya, susah untuk berbahasa kasar.
Silahkan Baca : Kisah Ibu Janda Yang Bersedekah Rp. 1 Juta
Bagaimana bisa bahasa yang begitu halus, lembut, dan sopan digunakan untuk marah. Sangatlah sulit, Nadanya itu lho, pernah dengar kan orang keraton kalau ngomong kek gimana? ya krama inggil seperti itu lah, pelan dan sangat sopan.
2. Mengaji sampai khatam Al Qur'an
Maksudnya disini bukan setelah khatam terus tidak mengaji lagi, melainkan ketika sudah membuka Al Qur'an, ya harus diselesaikan dan itu terus berulang sampai sekarang ini.
Masih terngiang jelas ketika menjelang Maghrib, Ibu mesti menyuruh untuk berangkat ngaji, itu berlangsung cukup lama sampai saya SMA Kelas 2, ketika kelas 3, mulai kalah dengan rasa capek.
Silahkan Baca : Mari Muliakan Orang Tua!!
Les ini dan les itu, akhirnya mengaji di rumah. Sampai selesai sekolah SMA. Masih inget juga, jika sudah khatam al qur'an untuk yang pertama kali, di desa saya akan diadakan kirab. Kalau anak laki-laki menaiki kuda sambil kuda beratraksi di jalan, kalau yang perempuan menggunakan becak.
Ramai, riuh, ceria, meskipun belum ada Instagram dan Facebook kala itu. Hahaha, kelihatan banget kalau saya bukan Generasi Z.
3. Penyemangat Ketika Skripsi yang tak kunjung selesai
Bagi yang sudah lulus kuliah atau bahkan yang sekarang sedang kuliah semester akhir, mesti akan dipusingkan dengan yang namanya Skripsi. Rasanya kuliah 4 tahun, 5 tahun, bahkan sampai 7 tahun, ditentukan hanya dengan mata kuliah 6 sks itu.
Termasuk saya kala itu, dimana saya mengambil jurusan Fisika, dan skripsinya bertema Reaktor Nuklir. Bayangkan? Reaktor Nuklir, hehehe..
Melihat aja belum pernah, taunya cuma dari gambar. Untuk menyelesaikannya, saya mesti bolak-balik ke BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional).
Udah gitu ditengah-tengah proses pengerjaan skripsi, gunung merapi meletus, dan perkuliahan libur hampir selama 3 bulan. Nasib Skripsi gimana? disitulah mulai timbul kegalauan. Apalagi saat itu, benar-benar dalam kondisi dilepas oleh pembimbing untuk mencari tau tentang Reaktor Nuklir.
Silahkan Baca : Menakjubkannya Seorang Ibu
Hampir 5 bulan belum kelar juga skripsi, padahal waktu itu mengejar Yudisium. Akhirnya menelpon ibu, menceritakan kegalauan. Dan ibu hanya bilang, "sabar, sabar, tetep digarap, ibadahnya tetep terus, Ibu disini juga selalu mendoakan".
Karena dengan bantuan semangat dan doa dari Ibu, alhamdulillah bisa selesai juga, dan sampai pada wisuda, dengan senyum kedua orang tua yang merekah dalam keramaian acara wisuda.
4. Mengingatkan disaat Gila dengan Wanita
Sebenarnya ini aib juga ya, tapi saya ingin berbagi saja, sekalian semoga bisa menjadi motivasi. Jadi, saat kuliah, saya cenderang merasa bebas, karena ngekost jauh dari orang tua. Meskipun waktu itu ngekost bareng Kakak. Demi ngurangi biaya.
Karena kebebasan tersebut, beberapa kali saya menggoda wanita, kenalan, mengajak ketemuan, bahkan sampai saya ajak jalan. Saat kuliah, saya tiga kali dekat dengan wanita, waktu itu sama sekali belum 'ngeh' dengan yang namanya bahaya pacaran dan juga larangan berkhalwat.
Sampai pada suatu sore, kakak saya belum pulang. Tiba-tiba Ibu menelpon. Kemudian ngonrol cukup lama. Entah sebuah firasat orang tua atau hanya kebetulan, pada akhir obrolan Ibu berpesan, "kamu jangan suka mempermainkan dan menyakiti wanita ya".
Saat itu rasanya langsung jleb, dengan kebebasan di Jogja. Bagaimana bisa Ibu tau? kalau kala itu, saya sering nggodain dan sering ngajakin wanita ketemuan. Bener-bener kaya ditonjok pas dimuka dan direlung hati.
Silahkan Baca : Dahsyat Peran Ibu, Masihkah Kamu Melawan Ibumu?
Mulai saat itu, perlahan merubah kebiasaan, fokus pada kuliah terutama skripsi. Memang saat itu mengincar seorang wanita. Tapi takdir berkata lain, disaat saya berkeinginan melamar, malah jatuh sakit dalam waktu yang lama. Ketika sembuh, mau melamar, dia sudah dilamar orang lain. MashaaAllah..
Namun, pesan ibu membuat saya perlahan merubah pola pandangan terhadap wanita, dan alhamdulillah sekarang hampir tidak pernah boncengan dengan kecuali ibu, dan saudara-saudara deket.
5. Menyelamatkan saya dari Hujan deras kala mencari kerja
Menjadi Fresh graduate memang menyenangkan, sudah lepas dengan beban perkuliahan, apalagi dengan yang namanya skripsi. Akan tetapi ujian baru, kata orang sih "welcome to the jungle". Perjuangan hidup yang sebenarnya.
Mencari pekerjaan merupakan aktifitas sehari-hari setelah lulus kuliah, kirim lamaran sana sini, ikut jobfair, submit lamaran melalui email, dan sejenisnya. Hampir 100an lamaran sepertinya sudah saya sebar selama mencari pekerjaan.
Hingga suatu pagi, saya mendapat sms, waktu itu android belum lahir. Sms panggilan test kerja dari Bank Mandiri Syariah Cilacap, test dilaksanakan besok pagi. Posisi saya masih di Jogja, saya pun esoknya tetep berangkat, test jam 5 pagi, saya berangkat dari jogja jam setengah 6 pagi. Hitungannya 3 jam nyampe cilacap.
Memang benar, sekitar jam setengah 9 saya sampai di Bank Mandiri Syariah Cilacap. Masih cukup Buat cuci muka dan menenangkan diri. Selesai test sekitar Maghrib, saya mampir ketempat teman terlebih dahulu untuk mampir sholat.
Qadarullah, tiba-tiba turun hujan yang begitu derasnya disertai dengan angin yang cukup kencang. Saya hanya bisa menunggu di rumah temen tersebut. Tak lupa juga saya bilang sama Ibu, jika pulangnya bakal malam banget.
Silahkan Baca : Terbuat Dari Apa Sih Hati Seorang Ibu?
Sekitar jam 9 malam, saya nekad pulang. Benar-benar perjalanan malam yang aduhai pokoknya. Sampai dirumah jam 12 malam, Ibu sudah menunggu, terus membuatkan teh anget.
Paginya, Budhe saya cerita jika semalam Ibu menangis, katanya," dia pulangnya gimana, hujan gede banget, udah malam lagi". Intinya khawatir banget. Budhe hanya menyuruh Ibu untuk berdoa. Nah, mungkin salah satu penyebab redanya hujan dan angin adalah berkat doa Ibu juga. Wallahu a'lam...
Sebenarnya, kalau diceritakan semua muasih buanyak banget, bisa jadi sampai bosen bacanya belum selesai. Karena kita semua tau jika kasih ibu sepanjang masa, jadi kalau dituliskan ya selama masa kita ada, menuliskan kasih sayang Ibu untuk kita (anaknya) tidak akan selesai. Jadi saya ambil 5 saja.
Maka dari, saya mengingatkan betapa Mulianya seorang Ibu, pokoknya kita tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan yang Ibu berikan setiap nafasnya kepada kita.
Saat ini, kita semua hanya bisa berbakti, menjaga, serta mendoakan agar selalu dilindungi Allah, serta selalu sehat. Aamiin Yaa Rabb
Penulis : Yogi Permana
Jadi semakin paham, kalau setiap ibu sejatinya ingin menjadikan anak sebaik mungkin. Entah apapun akan dilakukan, meskipun dalam kondisi sedang bekerja. Kaya difoto diatas, memperlihatkan seorang Ibu yang sedang mengajari anaknya mengaji disela-sela rehat dalam berjualan koran.
Kita tidak tau, kondisi sebenarnya, sedang rehat atau merehatkan diri untuk mengajari anaknya? apapun itu menjadi sebuah cambuk bagi setiap anak, agar menghormati orang tua terutama seorang Ibu.
Dalam hatinya cuma ada anak yang pertama, bahkan suaminya saja kemungkinan jadi nomer dua. Bukan perjuangan yang mudah, bekerja sembari membawa anaknya dan tak lupa mendidiknya dalam kondisi apapun.
Terutama dalam hal adab dan agama, kalau dalam bahasa jawa ada yang namanya istilah "unggah-ungguh atau Tata Krama". Itu yang orang tua ajarkan, meskipun tidak lepas dari sifat kenakalan, dengan sabar orang tua (ibu) terus mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan sikap yang baik saat dimanapun berada.
Silahkan Baca : Sebuah Kisah tentang Hebatnya Seorang Ibu
Banyak yang Ibu dan Bapak ajarkan pada saya, baik yang tersirat maupun tidak tersirat. Dan itu menjadi sebuah pembelajaran yang berharga untuk saya sendiri, ketika mendapat tugas untuk bertemu dengan orang-orang yang lebih tua di perkampungan.
Jadi, saya merasakan 5 kasih sayang ibu yang sampai saat ini terpatri dalam ingatan dan hati, apa saja itu? berikut ini ulasannya :
1. Unggah-Ungguh dalam Berbicara dengan orang yang lebih Tua.
Meski saya tidak secara utuh berbicara bahasa krama inggil sama orang tua, tapi jika dengan orang lainnya terutama dengan temen-temennya Ibu atau Bapak, diusahakan untuk menggunakan bahasa krama inggil.
Tata cara berbicara dengan krama inggil, itu tanda kalau kita menghormati orang tua. Dalam setiap pelafalannya, dengan krama inggil bisa menjauhkan kata-kata kasar, bahkan bernada keras itu tetep terasa lebih sopan. Maksudnya, susah untuk berbahasa kasar.
Silahkan Baca : Kisah Ibu Janda Yang Bersedekah Rp. 1 Juta
Bagaimana bisa bahasa yang begitu halus, lembut, dan sopan digunakan untuk marah. Sangatlah sulit, Nadanya itu lho, pernah dengar kan orang keraton kalau ngomong kek gimana? ya krama inggil seperti itu lah, pelan dan sangat sopan.
2. Mengaji sampai khatam Al Qur'an
Maksudnya disini bukan setelah khatam terus tidak mengaji lagi, melainkan ketika sudah membuka Al Qur'an, ya harus diselesaikan dan itu terus berulang sampai sekarang ini.
Masih terngiang jelas ketika menjelang Maghrib, Ibu mesti menyuruh untuk berangkat ngaji, itu berlangsung cukup lama sampai saya SMA Kelas 2, ketika kelas 3, mulai kalah dengan rasa capek.
Silahkan Baca : Mari Muliakan Orang Tua!!
Les ini dan les itu, akhirnya mengaji di rumah. Sampai selesai sekolah SMA. Masih inget juga, jika sudah khatam al qur'an untuk yang pertama kali, di desa saya akan diadakan kirab. Kalau anak laki-laki menaiki kuda sambil kuda beratraksi di jalan, kalau yang perempuan menggunakan becak.
Ramai, riuh, ceria, meskipun belum ada Instagram dan Facebook kala itu. Hahaha, kelihatan banget kalau saya bukan Generasi Z.
3. Penyemangat Ketika Skripsi yang tak kunjung selesai
Bagi yang sudah lulus kuliah atau bahkan yang sekarang sedang kuliah semester akhir, mesti akan dipusingkan dengan yang namanya Skripsi. Rasanya kuliah 4 tahun, 5 tahun, bahkan sampai 7 tahun, ditentukan hanya dengan mata kuliah 6 sks itu.
Termasuk saya kala itu, dimana saya mengambil jurusan Fisika, dan skripsinya bertema Reaktor Nuklir. Bayangkan? Reaktor Nuklir, hehehe..
Melihat aja belum pernah, taunya cuma dari gambar. Untuk menyelesaikannya, saya mesti bolak-balik ke BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional).
Udah gitu ditengah-tengah proses pengerjaan skripsi, gunung merapi meletus, dan perkuliahan libur hampir selama 3 bulan. Nasib Skripsi gimana? disitulah mulai timbul kegalauan. Apalagi saat itu, benar-benar dalam kondisi dilepas oleh pembimbing untuk mencari tau tentang Reaktor Nuklir.
Silahkan Baca : Menakjubkannya Seorang Ibu
Hampir 5 bulan belum kelar juga skripsi, padahal waktu itu mengejar Yudisium. Akhirnya menelpon ibu, menceritakan kegalauan. Dan ibu hanya bilang, "sabar, sabar, tetep digarap, ibadahnya tetep terus, Ibu disini juga selalu mendoakan".
Karena dengan bantuan semangat dan doa dari Ibu, alhamdulillah bisa selesai juga, dan sampai pada wisuda, dengan senyum kedua orang tua yang merekah dalam keramaian acara wisuda.
4. Mengingatkan disaat Gila dengan Wanita
Sebenarnya ini aib juga ya, tapi saya ingin berbagi saja, sekalian semoga bisa menjadi motivasi. Jadi, saat kuliah, saya cenderang merasa bebas, karena ngekost jauh dari orang tua. Meskipun waktu itu ngekost bareng Kakak. Demi ngurangi biaya.
Karena kebebasan tersebut, beberapa kali saya menggoda wanita, kenalan, mengajak ketemuan, bahkan sampai saya ajak jalan. Saat kuliah, saya tiga kali dekat dengan wanita, waktu itu sama sekali belum 'ngeh' dengan yang namanya bahaya pacaran dan juga larangan berkhalwat.
Sampai pada suatu sore, kakak saya belum pulang. Tiba-tiba Ibu menelpon. Kemudian ngonrol cukup lama. Entah sebuah firasat orang tua atau hanya kebetulan, pada akhir obrolan Ibu berpesan, "kamu jangan suka mempermainkan dan menyakiti wanita ya".
Saat itu rasanya langsung jleb, dengan kebebasan di Jogja. Bagaimana bisa Ibu tau? kalau kala itu, saya sering nggodain dan sering ngajakin wanita ketemuan. Bener-bener kaya ditonjok pas dimuka dan direlung hati.
Silahkan Baca : Dahsyat Peran Ibu, Masihkah Kamu Melawan Ibumu?
Mulai saat itu, perlahan merubah kebiasaan, fokus pada kuliah terutama skripsi. Memang saat itu mengincar seorang wanita. Tapi takdir berkata lain, disaat saya berkeinginan melamar, malah jatuh sakit dalam waktu yang lama. Ketika sembuh, mau melamar, dia sudah dilamar orang lain. MashaaAllah..
Namun, pesan ibu membuat saya perlahan merubah pola pandangan terhadap wanita, dan alhamdulillah sekarang hampir tidak pernah boncengan dengan kecuali ibu, dan saudara-saudara deket.
5. Menyelamatkan saya dari Hujan deras kala mencari kerja
Menjadi Fresh graduate memang menyenangkan, sudah lepas dengan beban perkuliahan, apalagi dengan yang namanya skripsi. Akan tetapi ujian baru, kata orang sih "welcome to the jungle". Perjuangan hidup yang sebenarnya.
Mencari pekerjaan merupakan aktifitas sehari-hari setelah lulus kuliah, kirim lamaran sana sini, ikut jobfair, submit lamaran melalui email, dan sejenisnya. Hampir 100an lamaran sepertinya sudah saya sebar selama mencari pekerjaan.
Hingga suatu pagi, saya mendapat sms, waktu itu android belum lahir. Sms panggilan test kerja dari Bank Mandiri Syariah Cilacap, test dilaksanakan besok pagi. Posisi saya masih di Jogja, saya pun esoknya tetep berangkat, test jam 5 pagi, saya berangkat dari jogja jam setengah 6 pagi. Hitungannya 3 jam nyampe cilacap.
Memang benar, sekitar jam setengah 9 saya sampai di Bank Mandiri Syariah Cilacap. Masih cukup Buat cuci muka dan menenangkan diri. Selesai test sekitar Maghrib, saya mampir ketempat teman terlebih dahulu untuk mampir sholat.
Qadarullah, tiba-tiba turun hujan yang begitu derasnya disertai dengan angin yang cukup kencang. Saya hanya bisa menunggu di rumah temen tersebut. Tak lupa juga saya bilang sama Ibu, jika pulangnya bakal malam banget.
Silahkan Baca : Terbuat Dari Apa Sih Hati Seorang Ibu?
Sekitar jam 9 malam, saya nekad pulang. Benar-benar perjalanan malam yang aduhai pokoknya. Sampai dirumah jam 12 malam, Ibu sudah menunggu, terus membuatkan teh anget.
Paginya, Budhe saya cerita jika semalam Ibu menangis, katanya," dia pulangnya gimana, hujan gede banget, udah malam lagi". Intinya khawatir banget. Budhe hanya menyuruh Ibu untuk berdoa. Nah, mungkin salah satu penyebab redanya hujan dan angin adalah berkat doa Ibu juga. Wallahu a'lam...
Sebenarnya, kalau diceritakan semua muasih buanyak banget, bisa jadi sampai bosen bacanya belum selesai. Karena kita semua tau jika kasih ibu sepanjang masa, jadi kalau dituliskan ya selama masa kita ada, menuliskan kasih sayang Ibu untuk kita (anaknya) tidak akan selesai. Jadi saya ambil 5 saja.
Maka dari, saya mengingatkan betapa Mulianya seorang Ibu, pokoknya kita tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan yang Ibu berikan setiap nafasnya kepada kita.
Saat ini, kita semua hanya bisa berbakti, menjaga, serta mendoakan agar selalu dilindungi Allah, serta selalu sehat. Aamiin Yaa Rabb
Jangan Lupa Tersenyum